KOMUNIKASI PRODUKTIF

Membersamai beberapa anak sekaligus dengan karakter dan kecerdasan yang berbeda diikuti kemampuan motorik yang super luar biasa aktifnya sering membuat Ibu mengalami kendala dalam hal berkomunikasi yang baik. Emosi tak terkendali, buntu dan kehilangan kata-kata alias speechless menjadi PR yang harus sama-sama dipecahkan. Misalnya suatu saat sang Kakak sedang berselisih paham dengan Adik dan sedang memasuki klimaks debat kusir tak berujung, takutnya malah berujung kontak fisik alias berantem, maka sebagai Ibu sebisa mungkin mengupayakan agar semua bisa tenang dan terkendali. Kadang kita sebagai Ibu lupa bahwa frekuensi nalar anak dan kita sangatlah berbeda, sehingga sering sekali kata-kata yang menurut kita tepat malah justru ditolak mentah-mentah oleh anak. Ketika berada diantara perselisihan diatas misalnya ucapan yang muncul bisa tidak terkontrol dan keluar dengan sendirinya sejalan dengan emosi yang bercampur dengan desakan lingkungan untuk menyelesaikan semuanya dengan cepat. Sehingga tidak terasa terucaplah kata misalnya "DIAAAMMM....!!!" kata perintah singkat dengan intonasi tinggi itu secara sadar terucap dari mulut kita, tepat di depan anak-anak. Apa yang terjadi? seketika mereka akan diam, namun sadarkah bahwa kita telah menorehkan deguban jantung yang cukup kencang, mulut dan mata yang terbelalak, perasaan yang kacau sekacau perasaan kita??? apakah dengan begitu masalah akan selesai??

Tidak juga.

Justru bertambah panjang. Tangisan dan rengekan mungkin akan bergantian melanjutkan tahapan berikutnya. Perasaan menyesal dan bersalah akan menghantui kita. Lebih buruk lagi, rekaman mereka sewaktu-waktu dapat memutarnya dan dengan seksama merekonstruksi apa yang mereka rasakan saat ini di waktu yang akan datang. Dengan demikian apakah kita sudah bisa disebut BERKOMUNIKASI dengan baik terhadap anak???

Jika kata BAIK saja jauh, maka akankah berujung PRODUKTIF??

Sebaiknya perlu kita ketahui bahwa ternyata berkomunikasi itu memerlukan beberapa jurus supaya menjadi PRODUKTIF. Salah satu diantaranya adalah dalam mengolah kata, intonasi dan bahasa tubuh. Kata-kata tidak akan memiliki banyak arti ketika intonasi/nada bicara kita mendominasi. Kata "diam" misalnya tidak akan memiliki arti sebenarnya ketika kita ucapkan dengan nada tinggi, keras, dan dengan bahasa tubuh yang menunjukkan ekspresi marah. Kata yang kita niatkan untuk membuat suasana "diam" seketika berubah menjadi mencekam dengan penuh kemarahan.

Dari materi kelas Bunda Sayang kali ini, saya belajar bahwa KOMUNIKASI PRODUKTIF itu bisa diusahakan loh. Bisa kita upayakan untuk menjadi kebiasaan dalam keseharian kita. Daaan, siapkah Moms untuk tantangan 10 hari yang pertama???

Let's do it ^^





Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAKAT BERDAGANG MAS NIZAM

MEMBUAT POHON LITERASI KELUARGA

MENGHITUNG LEMBARAN KERTAS SOAL