DAY TWELVE : OBSERVASI SI MBAREP
Masih edisi mengobservasi si mbarep yang memang terlihat sangat berbeda. Walupun secara kasat mata sifat kedua anak cowok saya sedikit mirip, namun jelas terdapat perbedaan yang signifikan.
Awalnya dulu saya mengira memang fase usianya yang memposisikan dia seperti saat ini, mudah bosan, lebih senang bermain dibanding membaca buku pelajaran, lebih suka lari-lari daripada duduk tenang di bangku kelas, mengamati teman-temannya daripada mendengarkan gurunya, mengganggu yang lain daripada menulis dan lain sebagainya. Semua itu bukan asal cerita dari guru kelas atau teman sekelasnya, melainkan saya sendiri sudah sering mengamati langsung apa yang sebenarnya dia kerjakan di kelas.
Beberapa hari saya luangkan 10-15 menit di tengah pelajaran atau sebelum pulang sekolah untuk mengintip ke dalam kelas Mas Nizam dari luar jendela. Dalam durasi waktu itu saya juga pernah mengamati seluruh kelas memang sesekali riuh dan gaduh, namun ketika Guru memberikan arahan seketika kelas tenang kembali, anak-anak mulai memperhatikan. Namun tidak lama berselang, bisa ditebak siapa yang paling gak betah untuk diam dalam waktu yang lama????
Jawabannya pasti anak saya :) hehehhe
Ya tiba-tiba berdiri terus jalan ke belakang lah, ya yang masuk kolongan lah, ngusilin temennya lah.
Ya Alloh Gusti.....
Salah makan atau gimana sih ini anak heheh
Walaupun demikian dia anak saya,
Dia tetap jatah rezeki untuk saya dari Alloh yang harus saya kelola dan manage dengan baik. Tentu apa yang ada padanya sudah di buat sedemikian rupa istimewanya. Hanya saya yang belum sabar dalam mengasah kemilaunya.
Sempat berfikir apakah memang sekolah dasar formal tidak cocok untuknya?
Apakah saya harus mencari alternatif jalur pendidikan dasar lain untuknya?
Homeschooling mungkin?
Sekolah alam?
Sekolah Islam?
Hampir semua kemungkinan itu menjadi bahasan setiap hari bersama suami,
Dan akhirnya kami pun sepakat untuk tetap mempertahankan dia di sekolah dia sekarang dan lebih fokus untuk menemukan kilaunya di luar jam sekolah.
Lewat berbagai kegiatan fisik seperti main sepak bola, berenang, bulu tangkis, dengan harapan akan mengurangi keaktifan dia di kelas, karena dia tau menyalurkan energi dan bergerak itu ada tempatnya yaitu lapangan.
Pendekatan secara batin antara saya dan Mas Nizam pun cukup banyak berpengaruh. Ketika saya banyak sibuk dan kurang memperhatikannya, maka dia akan lebih mudah agresif dan cemburu. Jadilah saya memberikan dia waktu minimal 30 menit dalam sehari dimana hanya ada saya dan dia dalam suatu kedekatan yang tidak terganggu adek-adeknya atau hal lain.
Jadi teringat akan fitrah based education tentang poin Fitrah Kedewasaan yang tercederai. Saya khawatir dia belum terpuaskan egonya, tidak selesai senso-motoriknya, belum tuntas bahasa ibunya, terkurung imajinya karena saya terlalu sibuk mengurus kedua adiknya dan telah salah mendelegasikan dia kepada institusi yang bernama sekolah formal terlalu dini.
Hiks, jadilah mellow
Terasa sekali bagaimana perubahan sikap positif belum terlihat signifikan sejak Mas Nizam masuk sekolah Dasar. Dalam hal membaca dia terlihat lebih lancar walaupun dalam hal menulis dia masih suka malas.
Jadi Moms,
Berapa lama kira-kira saya bisa membayar hutang untuk tuntaskan fase kedewasaan Mas Nizam yang terjeda selama kurun usia 0-6 tahun?
Kira-kira bisakah nanti Mas Nizam menunjukkan perubahan positif yang signifikan seiring dengan kenaikan kelas dan stimulasi lingkungan Sekolah yang sama?
It's going to be a long journey of observation.
Wish us luck.
#hari12
#gamelevel1
#komunikasiproduktif
#kelasbundasayang
#institutibuprofesional
Semangat ya mbak..
BalasHapusMakasih Mbak Prim,, bener2 mutar otakk jungkir balik cari celahnya ini Mbak.
HapusSemangat buat kitaa