DAY THIRTEEN : 30 MENIT LEBIH DEKAT DENGAN MAS NIZAM (PART 1)
Pada beberapa hari sebelumnya saya pernah share tentang keistimewaan anak mbarep saya yang satu ini. Hingga saya memutuskan untuk meluangkan 30 menit minimal dalam sehari untuk bersamanya, fokus padanya, mengobservasinya, menyelami perasaannya, dengan harapan bisa mengisi kembali memori seproduktif mungkin untuknya.
Kali ini sepulang sekolah saya mengajak Mas Nizam bermain peran. Peran yang sekiranya menjadikan dia pusat perhatian dan memiliki kuasa pada permainan ini.
Ceritanya Mas Nizam menjadi guru, saya dan kedua adiknya menjadi murinya. Pelajaran kali ini adalah berhitung yang notabene kesukaan dia. Dengan semangat dia mengambil meja buku dan pensil kemudian menulis beberapa soal. Kami pun juga berperan menjadi murid yang baik saat itu. Duduk memperhatikan Pak Nizam yang kemudian memberikan pertanyaan pada kami.
"Ayo siapa yang paling cepat jawab dapat 1 bintang"
Dengan PD nya dia mengarahkan kami.
Saya seolah melihat sisi lain Mas Nizam yang lebih semangat dan menyenangkan.
"Yang bintangnya paling banyak harus dituruti maunya, boleh terserah dia apa aja"
Wah, semacam mencurahkan isi hatinya ni anak yaah. Apakah makna yang tersirat dari reward diatas?
Sepertinya saya butuh psikolog anak ini untuk menganalisa 😂
Saya mengikuti kelas ala-ala yang dia pimpin sampai selesai sambil mengamati. Dan endingnya adeknya si Ilham dapat bintang terbanyak.
Dan Mas Nizam tidak lupa dengan reward yang sudah disampaikan di awal.
"Dek Ilham menang, boleh ngapain aja semaunya"
"Terima kasih Paak atas pelajarannya"
"Yuk sekarang tidur siang yuk"
Seperti outopilot mulut emak2 tidak hentinya mengarahkan yaa. Hehehe
"Gak mau"
Si Ilham dengan entengnya bilang begitu.
"Iya kan terserah Dek Ilham"
Mas Nizam membela adeknya yang dengan bangganya memanfaatkan kemenangannya.
Well, the game is still on the running for them. But for me, it's just over.
"KIDS, T - I - D - U - R"
Saya belajar banyak dari observasi 30MLD dengan Mas Nizam kali ini bahwa:
1. Dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa.
2. Dia ingin didengarkan dan ingin diperhatikan dan dimensi terdalamnya adalah dia ingin diberi kepercayaan.
Alhamdulillah, lebih terurai sudah benang kusut ini sedikit demi sedikit.
Satu yang pasti, meyakinkan anak bahwa ketika di luar sana dunia sulit diajak berkomunikasi, maka keluarga dirumah akan selalu ada untuk mengerti.
Semangat terus. Kalau boleh saran, model font diganti yang lebih tebal. Soalnya seperti saya agak butuh waktu lihat tulisannya..😍
BalasHapus