NICE HOMEWORK 1
Dalam materi "ADAB MENUNTUT ILMU" kali ini, Para bunda diharap mengerjakan soal kurang lebihnya adalah sbb:
1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini.
2.Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.
3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda di bidang tersebut?
4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu,perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu tersebut.
*Menuntut ilmu adalah salah satu cara meningkatkan kemuliaan hidup kita, maka carilah dengan cara-cara yang mulia*
Salam Ibu Profesional,
/Tim Matrikulasi Ibu Profesional/
"Al ummu madrosatul uulaa..." Ibu adalah sekolah utama. Syair Arab tersebut pastinya tidak asing lagi di telinga kita. Jika diperpanjang lebih dalam lagi esensinya maka seorang Ibu tidak hanya guru pertama bagi anaknya tapi guru utama, jika dipersiapkan dengan baik maka akan menghasilkan generasi terbaik. Sudah menjadi hukum alam jika tanah subur pasti menghasilkan tanaman yg subur pula, misalnya dalam musim panen ternyata hasil buah tidak bagus pasti ada faktor penghambat yg nantinya bisa dicari solusinya. Dari analogi tersebut bisa disimpulkan bahwa menjadi seorang Ibu haruslah memiliki banyak ilmu, Ilmu dunia maupun ilmu akhirat keduanya harus berimbang. Untuk perihal ilmu dunia sejak usia sekolah kita sudah dikenalkan dengan baca tulis dan hitung, pengetahuan alam, sosial, bahasa dsb dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Semua ilmu duniawi tersebut hasil belajarnya bisa kita lihat melalui evaluasi pada tiap akhir semesternya. Lulus tidaknya seseorang dilihat dari rangkaian proses penilaian dan pengukuran yang dijalaninya selama sekolah atau kuliah. Bagaimana dengan ilmu akhirat? Ilmu tauhid yang sejak lahir sudah ditiupkan di dalam kalbu kita oleh Allah SWT Sang Maha Pencipta. Ilmu yg kemudian setelah kita lahir di dunia ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari kita oleh orang tua dan keluarga kita. Ilmu yang nantinya menentukan berat timbangan amal kita dan tiap pelaksanaanya dimintai tanggungjawab penuh dihadapan Alloh SWT. Dari sekian banyak hal tersebut apakah sudah cukup kita dalam mendapaktan evaluasi selama ini? Siapakah yang bertanggung jawab atas evaluasi spiritual kita kalau bukan kita sendiri?? Apalagi kita sebagai seorang Ibu, manajer rumah tangga dan anak2, maka kewajiban kita pula untuk memastikan dan membuat acuan tercapainya suatu penerapan sistem pendidikan agama untuk anak2 di rumah. Dari latar belakang inilah saya berfikir bahwa jurusan ilmu yang ingin saya tekuni dalam universitas kehidupan ini adalah "Evaluasi penerapan pendidikan agama pada anak". Jadi keinget judul skripsi yaah 😅 mengundang tanyaa dan analisa. Padahal sebenernya terdengar ilmu abstrak dan tidak kongkrit, tapi saya akan berusaha menjelaskan sejelas yang saya bisa....hehehe 😆.
Kata evaluasi sendiri merupakan saduran dari bahasa Inggris "evaluation" yang diartikan sebagai penaksiran atau penilaian (wikipedia.org). Menurut Nurkancana (1983) menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk menentukan nilai dari suatu hal. Sementara Raka Joni (1975) menjelaskan bahwa evaluasi adalah proses untuk mempertimbangkan sesuatu barang, hal atau gejala dengan mempertimbangkan beragam faktor yang kemudian disebut Value Judgment. Maka dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses menetukan nilai untuk suatu hal atau objek yang berdasarakan pada acuan-acuan tertentu untuk menentukan tujuan tertentu.
Secara sigkatnya evaluasi penerapan pendidikan pada anaka adalah suatu tindakan/kegiatan yang dilakukan oleh Ibu secara terus menerus dan berkesinambungan secara tertulis untuk menentukan nilai pelaksanaan pendidikan agama sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya dalam kehidupan sehari-hari anak, meningkat, ataukah menurun.
Alasan terkuat mengapa sebagai Ibu saya harus bisa menerapkan ilmu tersebut adalah atas dorongan tanggung jawab pribadi.. Sejatinya memang yang bertanggungjawab untuk anak dan istri adalah seorang suami, tapi dalam membina rumah tangga seorang Ibu atau istri adalah manajer pelaksana. Sehingga baik buruknya anak2 dirumah tergantung dari kualitas Ibunya. Alasan kedua karena hal ini saya rasa cukup penting tapi sering terlewatkan. Pernahkah kita berfikir untuk menghitung berapa dosa kita dalam sehari?😨 hehee. Mungkin sekarang saatnya kita memikirkan hal itu sehingga pada saat kapan pun dan dimanapun alarm evaluasi diri bisa berbunyi saat kita melakukan kesalahan segera kita perbaiki dg istighfar dan melakukan amal sholih. Begitu juga pada anak, seharian bergelut bersama mereka, sudahkah penerapan ilmu agama tertanam dalam keseharian mereka?. Misalkan doa-doa harian, sholat 5 waktunya, sudahkah kita membuat jurnalnya?adakah punishment and reward?adakah peningkatan dalam bacaan dan hafalan Al-Quran serta maknanya?. Padahal inilah evaluasi yang utama, bukan hanya nilai rapot sekolah. Dari sini saya merasa sebagai seorang Ibu sangat penting bagi diri saya untuk lebih mendalami dan menerapkan ilmu tersebut.
Dari penjelasan diatas, strategi menuntut ilmu yang akan saya jalankan tidak lain dan tidak bukan adalah "start from yourself" mulai dari diri sendiri. Mempersiapkan diri sendiri untuk bisa menerima segala bentuk evaluasi. Mengisi diri dengan ilmu2 kajian Al-Quran dan hadist kemudian berusaha semaksimal mungkin untuk menerapkannya. Memperdalam ilmu manajemen kehidupan melalui berbagai sumber yang relevan selama tidak bertentangan dengan ajaran agama. Kemdian tindakan nyata yg saya lakukan diantaranya membuat catatan/jurnal tentang tujuan yang ingin dicapai dan upaya mewujudkannya. Misalnha jurnal evaluasi ketertiban sholat, ngaji, dzikir, doa2 harian dan sebagainya. Kemudian tidak kalah pentingnya untuk berusaha menjadi contoh yang baik didepan anak2.
Dalam proses menuntut ilmu tentunya adab yg baik sangatlah dibutuhkan guna tercapainya kemanfaatan dan keberkahan dari ilmu tersebut. Menata niat yang benar bahwa menuntut ilmu semata-mata mencari ridho Alloh untuk menjadi Ibu yang lebih baik. Menjadikan diri layak untuk suatu ilmu dengan bersikap seperti gelas kosong yang terbuka keatas dengan kran kecil dibawah. Maksudnya adalah lebih banyak mendengar, membaca, menerima, mencatat dan mengingat-ingat daripada berdebat, menyangkal dan tidak suka pada suatu ilmu. Membuka hati dan pikiran untuk selalu haus ilmu sehingga terasa mudah menerima ilmu baru apapun. Terlebih sebagai Ibu rumah tangga dengan segala kesibukan sehari-hari, harus mampu dan mau meluangkan waktu untuk mengikuti kelas dan diskusi. Pastinya harus bisa lebih bersabar dalam mengikuti arus pembelajaran, menghadapi ujian, menerima dan mengerjakan tugas tepat waktu.
Semoga penjelasan saya diatas bisa mewakili niat baik pertama dalam belajar di IIP 😊😊😊.
Komentar
Posting Komentar